Rumah sakit di Indonesia menghadapi tantangan besar berupa tekanan finansial, keterbatasan tarif layanan, serta ketidakpastian regulasi dan pasar. Model penganggaran konvensional terbukti tidak cukup adaptif terhadap dinamika tersebut.Pendekatan Risk-Based Budgeting (RBB) menawarkan strategi baru yang tidak hanya memperkuat ketahanan keuangan rumah sakit, tetapi juga membuka peluang peningkatan pendapatan berbasis manajemen risiko. Melalui pemetaan risiko yang terintegrasi dalam proses perencanaan anggaran, rumah sakit dapat mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif, mengoptimalkan unit layanan yang berpotensi tinggi, dan mendorong inovasi layanan berorientasi pasar.
Permasalahan
- Stagnasi Pendapatan Banyak rumah sakit mengalami stagnasi pendapatan akibat bergantung pada layanan reguler dan skema pembiayaan statis seperti INA-CBGs dari BPJS.
- Inefisiensi Penggunaan Anggaran Anggaran disusun tanpa mempertimbangkan potensi risiko maupun peluang pertumbuhan dari masing-masing unit atau layanan.
- Ketidakmampuan Mengantisipasi Risiko Finansial Ketergantungan pada tarif tetap, fluktuasi jumlah kunjungan pasien, serta keterlambatan pembayaran klaim menyebabkan ketidakseimbangan cash flow.
Rekomendasi Kebijakan
1. Adopsi Risk-Based Budgeting sebagai Kerangka Penganggaran Utama
- Lakukan identifikasi dan klasifikasi risiko terhadap seluruh lini layanan rumah sakit.
- Integrasikan hasil analisis risiko ke dalam proses penyusunan anggaran tahunan.
- Fokuskan alokasi dana pada unit layanan yang berisiko tinggi namun berpotensi menghasilkan pendapatan lebih besar, seperti rawat inap spesialistik, medical check-up, dan layanan unggulan berbasis teknologi (MRI, CT-Scan, dan layanan onkologi).
2. Diversifikasi Sumber Pendapatan Berdasarkan Analisis Risiko
- Kembangkan layanan berbayar penuh (fee for service) untuk pasien umum dan korporat.
- Bangun kerja sama dengan perusahaan, asuransi swasta, dan institusi pendidikan sebagai sumber pendapatan baru yang lebih fleksibel.
- Gunakan pendekatan RBB untuk mengidentifikasi layanan mana yang layak dikembangkan menjadi pusat profit (profit center) berdasarkan risikonya.
3. Investasi pada Inovasi Layanan dan Teknologi Berdasarkan RBB
- Alokasikan anggaran untuk digitalisasi layanan (telemedicine, pendaftaran online, e-lab results) berdasarkan risiko kehilangan pelanggan karena ketidaknyamanan layanan manual.
- Siapkan dana kontinjensi untuk inovasi berbasis kebutuhan pasien urban dan industri 4.0.
4. Tingkatkan Kapasitas SDM dalam Manajemen Risiko dan Perencanaan Strategis
- Latih tim keuangan dan manajemen dalam menyusun anggaran berbasis risiko.
- Bentuk unit manajemen risiko yang bekerja sama dengan bagian perencanaan strategis dan keuangan.
Grafik perbandingan kinerja rumah sakit sebelum dan sesudah dilakukan Risk-Based Budgeting
Tulis Komentar